Sabtu, 13 Januari 2018

SHORT STORY



BEHIND HER SMILE
            Amelia Rianti, Abima Bhagaskara, Aura Bhagaskara, Alex Bhagaskara, Aulion Bhagaskara, Alexandra Bhagaskara, Alvian Bhagaskara, dan Audrey Bhagaskara. Yap panggil kami keluarga A atau mungkin lebih tepatnya AB, seperti golongan darah? Mungkin juga bisa, tetapi hanya nama ibuku yang bukan Bhagaskara. Mengapa Bhagaskaranya menggunakan H? Aku juga tidak tahu, yang jelas karena hal itu selalu sukses membuatku diejek teman-temanku. Jadi perkenalkan sekali lagi, aku Alexandra Bhagaskara, aku anak ke empat dari enam bersaudara. Dua nama pertama yang aku sebutkan diawal itu nama kedua orang tuaku. Nama-nama selanjutnya adalah nama kakak-kakakku dan adik-adikku sesuai urutan lahir kami.
            Kakak tertuaku, ka Aura berusia 30 tahun yang baru saja beberapa bulan kemarin melaksanakan pernikahannya dengan seorang teman kuliahnya yang sudah ia cintai sejak masa orientasi kuliah, namanya Yoga Pradipta atau yang biasa kusapa bang Oka dan kabar gembiranya sekarang kakakku sedang mengandung! Aku selalu suka menyambut kedatangan para bayi.
Kakak keduaku, bang Alex berusia 28 tahun juga tidak lama lagi akan melangsungkan pernikahannya dengan ka Mela. Ah betapa beruntungnya ka Mela itu mendapatkan bang Alex, kakak terbaikku sepanjang masa! Dia satu-satunya kakak yang paling mengerti dan selalu memanjakan aku.
Kakak ketigaku adalah bang Aulion atau yang biasa kusapa bang Iyon berusia 21 tahun, mahasiswa tingkat akhir di suatu universitas negeri di ibu kota. Dia adalah orang teriseng sedunia! Aku bisa bertengkar tentang hal-hal kecil hanya dengannya, seperti rebutan makanan, rebutan remote teve, dsb. Ah dan dia adalah orang termalas di rumah, dia bahkan bisa menghabiskan hari hanya dengan bermain game konsol tanpa melakukan hal lain (kecuali makan), padahal seharusnya dia menyelesaikan skripsinya yang sudah terlalu lama ia abaikan.
Adikku yang pertama baru saja lulus SMA, Alvian atau yang biasa kupanggil Alvin, tetapi teman-temannya memanggilnya Vian adalah orang paling pendiam, cuek dan paling maniak belajar, sehingga tak heran dia bisa menjuarai berbagai macam olimpiade. Tak heran juga banyak sekali cewek-cewek yang tergila-gila padanya, tetapi akan dengan sombongnya dia cuekin, entah kriteria cewek seperti apa yang sebenarnya dia cari. Pernah suatu ketika, ada seorang cewek yang selalu men-stalk-nya bahkan sampai rela membuntutinya hingga ke rumah! Cewek itu super duper agresif sampai Alvin bingung bagaimana menghadapinya, tetapi tiba-tiba keluar ide dari bang Iyon untuk mengakuiku saebagai pacar Alvin! Karena memang sejak sekolah dasar, aku tidak pernah satu sekolah dengan Alvin sehingga teman-temannya jarang sekali ada yang tahu bahwa aku ini kakaknya Alvin dan terlebih lagi dengan sikap Alvin yang terlalu pendiam dan cuek itu tidak bisa membuatku dekat dengannya di rumah, tetapi yah harus diakui ide gila bang Iyon ini berhasil juga menyelamatkan Alvin.
Adik keduaku, Audrey yang masih duduk di bangku kelas sembilan atau kelas tiga SMP adalah anak tergaul diusianya, bayangkan saja dia selalu mengikuti model-model pakaian terkini yang sebenarnya tidak cocok untuk anak SMP, tetapi dia dengan pedenya mengenakan hal-hal tersebut. Bahkan, dia dengan beraninya mempoles wajahnya dengan make up untuk pergi ke sekolah! Aku saja mengenal make up saat awal-awal kuliah ini huft anak jaman sekarang memang beda.
Sedangkan aku sendiri, Alexandra Bhagaskara yang biasa dipanggil Alexa atau Lexa adalah seorang mahasiswi semester 5 di suatu universitas swasta tak begitu terkenal di ibu kota haha, yah memang beginilah keadaan kampusku yang sebenarnya. Semua orang mengenalku sebagai anak yang selalu ceria, selalu mengundang gelak tawa setiap aku mengeluaarkan lelucon, dan sangat supel, tetapi tidak ada satupun temanku yang benar-benar mengenalku lebih dalam.
            Aku bertetangga dengan seorang sahabat laki-laki terbaikku: Afif dan diam-diam aku tahu kalau adikku, Audrey menyimpan rasa pada Afif. Aku jelas sangat menyukai hal ini karena aku tahu, Afif adalah laki-laki baik yang akan selalu menjaga adikku, tetapi nyatanya sikap Afif tidak menunjukkan ketertarikan kepada adikku. Entah hal apa lagi yang harus kuperbuat untuk menyatukan mereka, mungkin hal ini juga dipengaruhi oleh sikap Audrey yang tidak sopan dan sedikit kasar dalam berbicara.
            Audrey selalu iri terhadapku. Itu wajar saja karena hampir seluruh keluargaku menyayangi dan menjagaku lebih daripada yang lainnya. Hal ini disebabkan oleh penyakitku. Aku dinyatakan mengidap kanker otak yang mendekati stadium akhir sejak aku kecil, bisa bertahan hingga usiaku yang ke 20 sekarang saja sudah suatu keajaiban. Aku sudah berulang-ulang kali keluar masuk rumah sakit, tetapi atas permintaanku kedua adikku itu tidak mengetahui penyakit yang kuderita ini. Mengapa aku merahasiakan hal ini dari mereka? Karena seperti yang sudah aku bilang tadi, aku tidak begitu dekat dengan Alvin dan Audrey hanya ingin berbicara denganku jika itu menyangkut Afif. Jadi aku tidak ingin membebani mereka dengan mengasihaniku atas hal itu.
***
            “Kak, kak Afif kok jarang banget sih bales line aku?”
            “Afif lagi sibuk kali, Drey”
            “Masa di akhir pekan juga sibuk? Gak mungkin ah!”
            “Hmm...mungkin Afif juga punya kegiatan lain kali, Drey...hobi dia mungkin? Atau untuk me time nya dia, ya kan?”
            Hal ini kerapkali sesuatu yang ditanyakan Audrey padaku. Aku juga tidak mengetahui mengapa Afif bersikap seperti itu pada Audrey, padahal jelas-jelas setengah jam lalu dia me-line-ku menanyakan apakah aku berada di rumah saat ini atau tidak. Tiba-tiba aku mendengar bell pintu depan berbunyi dan karena hanya aku yang jaraknya dekat sekali dengan pintu, jadilah aku yang membukanya.
            “Pas banget, Lex kamu yang buka” Afif tersenyum di balik pintu.
            “Eh...Fif, kenapa emang nyari aku?” Tanyaku bingung.
            “Eng...gapapa sih, aku cuma mau kasih kamu ini kok, tadi aku liat ini di toko buku jadi keinget kamu” Katanya sembari menyodorkan sebuah buku bersampul cokelat.
            “Wah ini kan novel terbaru Orizuka!”
            “Iya baru aja ada di toko buku hehe pas banget timingnya kan pas aku lagi ke sana”
            “Wah iya kamu emang the best, Fif!” Kataku kegirangan mendapatkan novel keempat sekaligus seri terakhir dari the chronicles of audy karya Orizuka, penulis favoritku.
            “Oh jadi ini...kesibukannya kak Afif? Ini kegiatannya kak Afif? Ini hobinya kak Afif? Ini me timenya kak Afif? Beliin novel buat kak Lexa? Iya?” Tiba-tiba Audrey muncul dibelakangku sambil teriak.
            “Tenang dulu, Drey...tadi kan emang Afif lagi jalan-jalan di toko buku terus kebetulan nemu buku ini” Kataku menenangkannya.
            “Gak mungkin kebetulan...kak Afif dari kemaren pasti udah tau kan buku itu bakal terbit di toko buku hari ini? Jadi sengaja kan ka Afif beli itu khusus untuk kak Lexa karena kak Afif bener-bener tau apa kesukaannya kak Lexa?” Audrey bersikukuh.
“Nggak... ini cuma kebetulan kok, Drey...iya kan, Fif?” Kataku mencoba meyakinkannya.
“Kak Lexa nih dibilangin batu banget sih...orang aku kemaren jelas-jelas liat kok kak Afif re-tweet tweetnya Orizuka di twitter! Iya kan kak Afif? Bener kan itu?”
“Iya itu bener! Terus apa urusanmu?!” Afif akhirnya tidak tahan untuk bicara.
“Kak Afif pake tanya apa urrusanku? Ya jelaslah aku cembburu kak! Aku suka sama kakak!”
“Ya terus kalau kamu suka sama aku, aku juga harus gitu suka sama kamu? Gak kan?” Kata Afif setengah berteriak, sementara aku hanya mematung tak tahu harus brbuat apa untuk menenangkan Audrey yang sudah mulai terisak. Aku pun tak menyangka Afif akan dengan terang-terangan begini menolak Audrey.
“Terus...kalau kak Afif gak suka sama aku, kak Afif suka siapa? Jawab kak! Kak Afif suka ya sama kak Lexa? Iya kan?” Audrey setengah berteriak dengan suaranya yang parau akibat tangis.
“Iya aku emang suka Alexa dari pertama kali aku ketemu dia, dari pertama kali aku pindah rumah sebelah rumah ini” Aku tercengang mendengar jawaban Afif karena aku tidak pernah mengira hal ini sebelumnya.
“Tapi kenapa kak Afif gak pernah suka sama aku kaya kak Afif suka sama kak Lexa? Kenapa mesti kak Lexa? Aku kan lebih cantik dari kak Lexa!”
“Karena yang aku cari bukan kecantikan fisik, melainkan kecantikan hati. Lagian itu yang kamu bilang cantik? Muka full make up gitu? Yang cantik tuh yang natural, yang gak dewasa sebelum waktunya, yang gak kasar ucapan dan perilakunya” Aku tak menyangka Afif akan bicara seperti itu kepada addiku, Audrey pun yang tak sanggup mendengarnya langsung ke luar rumah. Dengan perasaan panik, tanpa pikir panjang aku langsung mengejarnya.
DHUUAAAARRR
            Sebuah mobil yang sedang melaju cepat menabrakku dan memelantingkan tubuhku ke trotoar. Darah mengucur deras. Afif segera berlari ke arahku dan menelepon ambulans. Audrey hanya terpaku menyesali kesalahannya.
***
            “Dok, bagaimana keadaan anak saya, Dok?”
            “Anak ibu masih dalam keadaan kritis. Dia banyak sekali kehilangan darah dan ditambah lagi kankernya itu yang membuatnya tampak lebih lemah dan kesulitan bertahan. Doakan saja yang terbaik, semoga keajaiban sekali lagi datang pada Lexa” Setelah mengatakan itu, sang dokter pun berlalu. Alvin, Audrey, dan Afif terkejut dan spontan berteriak mendengar ucapan dokter tadi.
            “Mah apa maksudnya ini, Mah? Kanker apaan sih?” Alvin berteriak histeris.
            “Iya mah, apa-apaan ini kok Audrey gak pernah dikasih tau kak Lexa kanker? Ini pasti bohong kan? Tuh buktinya kak Aura, bang Alex, sama bang Iyon aja diem aja pasti bohong, iya kan?”
            “Iya ini gak mungkin kan tante? Lexa selalu keliatan sehat dan baik-baik aja, ini pasti gak mungkin!” Teriak Afif frustasi.
            “Lexa emang selalu keliatan baik-baik aja karena emang dia anak baik yang gak mau nyusahin orang. Sekalipun dia ngerasa sakit, dia gak mau menunjukkannya” Kata ibunya sambil menitikan air mata.
            “Nggsk, aku masih gak percaya...ini Mama ngomong kaya gini cuma mau bikin aku ngerasa bersalah aja kan? Karena aku yang bikin kak Lexa ketabrak, ya kan Mah?”
            “Sayangnya penyakit kakakmu ini bukan bohongan, Drey...” Ibu menjelaskan detail penyakitku dan alassan mengapa aku tidak menginginkan kedua adikku itu mengetahui kodisiku yang sebenarnya.
            “Hiks...aku mau ketemu kak Lexa sekarang!” Kata Audrey seraya berlari memasuki kamarku.
            “Aku juga!” Kata Alvin sambil menyusul Audey ke dalam.
***
            “Kak, kenapa kakak gak pernah bilang sama aku kak? Sampai akhir ini kakak tega ya bikin aku jadi adik yang gak tau terima kasih, gak tau diuntung!” Tangis Audrey semakin tak terbendung
            “Kak, ayo sadar kak...kakak harus sehat lagi, harus bahagia...karena aku belum pernah ngabisin waktu sama kakak, maafin aku kak” Kata Audrey lagi.
            “Kak, maafin aku juga ya yang gak pernah mencoba untuk bisa deket sama kakak. Itu semua karena aku malu, malu mengakui kalau aku tuh suka sama kakak, kagum sama kakak, dan cewek idaman aku itu kriterianya kaya kakak” Alvin menangis tersedu di samping ranjangku.
            Hening hingga beberapa saat dan yang terdengar hanya isak tangis Audrey dan Alvin, hingga suatu ketika tanganku yang sedang digenggam Audrey bisa bergerak, aku bisa membalas pengangannya, dan bibirku bisa melengkungkan senyuman. Pertanda aku memang tak pernah menyalahkan Audrey ataupun Alvin atas apapun dan pertanda aku senang diakhir ini mereka bersikap sangat baik padaku, tetapi hanya itu yang bisa kulakukan. Aku tidak bisa bertahan jauh lebih lama lagi daripada ini. Aku masih mendengar kedua adikku itu mencoba memanggil dokter dan menyuruh dokter untuk melakukan apapun untuk menyelamatkanku, tetapi terlambat jantungku sudah tak berdetak lagi.
            Aku tidak akan menyesal atas kematianku ini karena pada akhirnya aku tahu, kedua adikku juga sangat menyayangiku seperti aku menyayangi mereka, semoga kita mempunyai waktu lain untuk bisa brsama. Dan untuk Afif...terima kasih atas cintamu yang bahkan tak pernah kusadari itu, maafkan aku yang kurang peka akan hal itu, dan kuharap kamu akan mencintai Audrey sebagai penggantiku dan aku pun yakin Audrey akan merubah sikapnya perlahan sehingga kamu akan mencintainya dengan segenap cintamu.
            Bang Alex, aku juga minta maaf karena tidak bisa hadir dalam pernikahanmu dan ka Mela, padahal aku sudah berjanji untuk menjadi salah satu pagar ayu di sana. Dan ya, selamat juga ka Aura atas kelahiran anak pertamanya...sedih sekali aku tak sempat bertemu dengannya...mungkin pepatah jika ada yang datang, maka harus ada yang pergi itu benar...jadi selamat datang adik kecil dan selamat tinggal, aku pamit semuanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SHORT STORY

UNUSUAL GALLERY IN PENGADEGAN             Barbara Austen was a student of The Pengadegan Art School near STBA LIA. She was a really...